"A 'UZU BIKALIMATILLAHI TAMMAH MIN KULLI SYAITANIN WAHAMMAH WAMIN KULLI 'AININ LAMMAH- Aku berlindung kepada ALLAH dengan kalimat-kalimat ALLAH yang sempurna, dari segala syaitan , binatang yang berbisa dan pandangan mata yang menimpanya (yang akhirnya mengakibatkan sakit)" HR Bukhari 4/119 - Doa yang dibacakan Baginda s.a.w kepada cucunya Hassan dan Hussin.
Cari Blog Ini
Ahad, 13 November 2011
Sabtu, 5 November 2011
amalan yg utama bg wanita
Dari Abu Hurairah Ra. ia berkata: Rasulullah SAW ditanya: Amal ibadah apakah yan...g
paling utama ? Nabi bersabda: “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Kemudian apa ? Nabi bersabda: “Jihad di jalan Allah.” Kemudian apa ?
Nabi bersabda: “Haji yang mabrur.” ( HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari A’isyah Ummil Mukminin Radiallahuanha dia berkata : Ya Rasulullah! Kami berpendapat bahawa jihad adalah perbuatan baik yang paling utama, bolehkah kami wanita turut berjihad? Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda : Tidak begitu, jihad yang paling utama bagi wanita adalah haji mabrur.” (HR. Bukhari)
Nabi saw. bersabda, “Sesiapa yang mengerjakan ibadah haji dan dia tidak melakukan jima’ dan tidak pula melakukan perbuatan dosa, dia akan bersih dari dosa-dosanya seperti pada hari ketika dia dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)
Nabi saw. bersabda, “Haji mabrur itu tiada balasan baginya melainkan Syurga.” (HR Bukhari)
Imam An-Nawawi berkata: “Makna yang paling benar dan paling masyhur bagi haji mabrur ialah ibadah haji yang tidak dicemari oleh perbuatan dosa.”See More
Dari A’isyah Ummil Mukminin Radiallahuanha dia berkata : Ya Rasulullah! Kami berpendapat bahawa jihad adalah perbuatan baik yang paling utama, bolehkah kami wanita turut berjihad? Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda : Tidak begitu, jihad yang paling utama bagi wanita adalah haji mabrur.” (HR. Bukhari)
Nabi saw. bersabda, “Sesiapa yang mengerjakan ibadah haji dan dia tidak melakukan jima’ dan tidak pula melakukan perbuatan dosa, dia akan bersih dari dosa-dosanya seperti pada hari ketika dia dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)
Nabi saw. bersabda, “Haji mabrur itu tiada balasan baginya melainkan Syurga.” (HR Bukhari)
Imam An-Nawawi berkata: “Makna yang paling benar dan paling masyhur bagi haji mabrur ialah ibadah haji yang tidak dicemari oleh perbuatan dosa.”See More
By: StyloIslam
Jumaat, 4 November 2011
mengumpat
Ghibah atau mengumpat ialah menceritakan atau menyebut keburukan atau kekurangan seseorang kepada orang lain.
Rasulullah S.A. W. bersabda yang bermaksud "Mengumpat itu ialah apabila
kamu menyebut perihal saudaramu dengan sesuatu perkara yang
dibencinya." (Hadis Riwayat Muslim).
Dosa mengumpat bukan saja besar, malah antara dosa yang tidak akan diampunkan oleh Allah biarpun pelakunya benar-benar ...bertaubat.
Dosa mengumpat hanya layak diampunkan oleh orang yang diumpatkan.
Selagi orang yang diumpatnya tidak mengampunkan, maka dosa itu akan
kekal dan menerima pembalasannya diakhirat.
Sabda Rasulullah
S.A.W. bermaksud: Awaslah daripada mengumpat kerana mengumpat itu lebih
berdosa daripada zina. Sesungguhnya orang melakukan zina, apabila dia
bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. Dan sesungguhnya orang yang
melakukan umpat tidak akan diampunkan dosanya sebelum diampun oleh orang
yang diumpat" (Hadis riwayat Ibnu Abib Dunya dan Ibnu Hibbad).
Disebabkan mengumpat terlalu biasa dilakukan, maka ia tidak dirasakan lagi sebagai satu perbuatan dosa besar.
Mengumpat dan mencari kesalahan orang lain akan mendedahkan diri
pelakunya diperlakukan perkara yang sama oleh orang lain. Allah akan
membalas perbuatan itu dengan mendedahkan keburukan dirinya.
Sabda Rasulullah S.A.W. "wahai orang beriman dengan lidahnya tetapi
belum beriman dengan hatinya! Janganlah kamu mengumpat kaum muslim, dan
jangan lah kamu mengintip-intip keaibannya. Sesungguhnya, sesiapa yang
mengintip keaiban saudaranya, maka Allah akan mengintip keaibannya, dan
dia akan mendedahkannya, meskipun dia berada dalam rumahnya sendiri"
(Hadis riwayat Abu Daud).
Orang yang mengumpat akan mendapat kerugian besar pada hari akhirat.
Diriwayatkan oleh Abu Ummah al-Bahili, di akhirat seorang terkejut
besar apabila melihat cacatan amalan kebaikan yang tidak pernah
dilakukannya didunia. Maka, dia berkata kepada Allah "Wahai Tuhan ku,
dari manakah datangnya kebaikan yang banyak ini, sedangkan aku tidak
pernah melakukannya". Maka Allah menjawab : "Semua itu kebaikan (pahala)
orang yang mengumpat engkau tanpa engkau ketahui".
Sebaliknya,
jika pahala orang yang mengumpat tidak ada lagi untuk diberikan kepada
orang yang diumpat, maka dosa orang yang diumpat akan dipindahkan kepada
orang yang mengumpat.
Inilah orang yang muflis di akhirat nanti.
Solat berjema'ah
" Sesiapa yang solat Subuh berjema'ah, maka dia akan berada dalam peliharaan Allah ta'ala" (HR Ibn Majah)
" Sesiapa yang solat Isya' secara berjema'ah, maka seolah-olah dia
telah qiamullail separuh malam. Dan sesiapa yang solat subuh secara
berjema'ah, maka seolah-olah dia telah qiamullail seluruh malam." (HR
Muslim)
Mendapatkan Pahala Seperti Pahala Haji dan Umrah
Ada satu ibadah yang bila melakukannya maka kita akan mendapat pahala
seperti pahala haji dan umrah lho...Tapi kita tetap wajib berhaji jika
mampu.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ »
...
“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian dia duduk – dalam riwayat lain: dia menetap di mesjid[1] – untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna sempurna sempurna“[2].
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan duduk menetap di tempat shalat, setelah shalat shubuh berjamaah, untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian melakukan shalat dua rakaat[3].
Faidah-faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
* Shalat dua rakaat ini diistilahkan oleh para ulama[4] dengan shalat isyraq (terbitnya matahari), yang waktunya di awal waktu shalat dhuha[5].
* Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “… sampai matahari terbit“, artinya: sampai matahari terbit dan agak naik setinggi satu tombak[6], yaitu sekitar 12-15 menit setelah matahari terbit[7], karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang shalat ketika matahari terbit, terbenam dan ketika lurus di tengah-tengah langit[8].
* Keutamaan dalam hadits ini lebih dikuatkan dengan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, dari Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu: bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika selesai melakukan shalat shubuh, beliau duduk (berzikir) di tempat beliau shalat sampai matahari terbit dan meninggi”[9].
* Keutamaan dalam hadits ini adalah bagi orang yang berzikir kepada Allah di mesjid tempat dia shalat sampai matahari terbit, dan tidak berbicara atau melakukan hal-hal yang tidak termasuk zikir, kecuali kalau wudhunya batal, maka dia boleh keluar mesjid untuk berwudhu dan segera kembali ke mesjid[10].
* Maksud “berzikir kepada Allah” dalam hadits ini adalah umum, termasuk membaca al-Qur’an, membaca zikir di waktu pagi, maupun zikir-zikir lain yang disyariatkan.
* Pengulangan kata “sempurna” dalam hadits ini adalah sebagai penguat dan penegas, dan bukan berarti mendapat tiga kali pahala haji dan umrah[11].
* Makna “mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah” adalah hanya dalam pahala dan balasan, dan bukan berarti orang yang telah melakukannya tidak wajib lagi untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah jika dia mampu.
[Ustadz Abdullah Taslim, MA]
-----------------------------------------
[1]HR ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabir” (no. 7741), dinyatakan baik isnadnya oleh al-Mundziri.
[2] HR at-Tirmidzi (no. 586), dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaditsish shahihah” (no. 3403).
[3] Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (3/157) dan “at-Targhib wat tarhib” (1/111-shahih at-targhib).
[4] Bahkan penamaan ini dari sahabat Ibnu Abbas t, lihat kitab “Bughyatul mutathawwi’” (hal. 79).
[5] Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (3/157) dan “Bughyatul mutathawwi’” (hal. 79).
[6] Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (3/158).
[7] Lihat keterangan syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin dalam “asy-Syarhul mumti’” (2/61).
[8] Dalam HSR Muslim (no. 831).
[9] HSR Muslim (no.670) dan at-Tirmidzi (no.585).
[10] Demikian keterangan yang kami pernah dengar dari salah seorang syaikh di kota Madinah.
[11] Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (3/158).
"KATA-KATA HIKMAH"
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ »
...
“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian dia duduk – dalam riwayat lain: dia menetap di mesjid[1] – untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna sempurna sempurna“[2].
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan duduk menetap di tempat shalat, setelah shalat shubuh berjamaah, untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian melakukan shalat dua rakaat[3].
Faidah-faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
* Shalat dua rakaat ini diistilahkan oleh para ulama[4] dengan shalat isyraq (terbitnya matahari), yang waktunya di awal waktu shalat dhuha[5].
* Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “… sampai matahari terbit“, artinya: sampai matahari terbit dan agak naik setinggi satu tombak[6], yaitu sekitar 12-15 menit setelah matahari terbit[7], karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang shalat ketika matahari terbit, terbenam dan ketika lurus di tengah-tengah langit[8].
* Keutamaan dalam hadits ini lebih dikuatkan dengan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, dari Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu: bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika selesai melakukan shalat shubuh, beliau duduk (berzikir) di tempat beliau shalat sampai matahari terbit dan meninggi”[9].
* Keutamaan dalam hadits ini adalah bagi orang yang berzikir kepada Allah di mesjid tempat dia shalat sampai matahari terbit, dan tidak berbicara atau melakukan hal-hal yang tidak termasuk zikir, kecuali kalau wudhunya batal, maka dia boleh keluar mesjid untuk berwudhu dan segera kembali ke mesjid[10].
* Maksud “berzikir kepada Allah” dalam hadits ini adalah umum, termasuk membaca al-Qur’an, membaca zikir di waktu pagi, maupun zikir-zikir lain yang disyariatkan.
* Pengulangan kata “sempurna” dalam hadits ini adalah sebagai penguat dan penegas, dan bukan berarti mendapat tiga kali pahala haji dan umrah[11].
* Makna “mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah” adalah hanya dalam pahala dan balasan, dan bukan berarti orang yang telah melakukannya tidak wajib lagi untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah jika dia mampu.
[Ustadz Abdullah Taslim, MA]
-----------------------------------------
[1]HR ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabir” (no. 7741), dinyatakan baik isnadnya oleh al-Mundziri.
[2] HR at-Tirmidzi (no. 586), dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaditsish shahihah” (no. 3403).
[3] Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (3/157) dan “at-Targhib wat tarhib” (1/111-shahih at-targhib).
[4] Bahkan penamaan ini dari sahabat Ibnu Abbas t, lihat kitab “Bughyatul mutathawwi’” (hal. 79).
[5] Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (3/157) dan “Bughyatul mutathawwi’” (hal. 79).
[6] Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (3/158).
[7] Lihat keterangan syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin dalam “asy-Syarhul mumti’” (2/61).
[8] Dalam HSR Muslim (no. 831).
[9] HSR Muslim (no.670) dan at-Tirmidzi (no.585).
[10] Demikian keterangan yang kami pernah dengar dari salah seorang syaikh di kota Madinah.
[11] Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (3/158).
"KATA-KATA HIKMAH"
kelebihan hari arafah
ANFAAT PUASA ARAFAH DI-AKHIRAT
Bismillahirrahmanirrahim,
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: "Rasulullah Saw. bersabda: "Ada tiga orang yang akan disalami oleh para malaikat pada hari mereka dibangkitkan dari kuburnya, mereka adalah orang-orang yang mati syahid, orang yang berpuasa Ramadhan dan orang yang berpuasa pada hari Arafah."

Dari Aisyah ra. ia berkat: "Rasulullah Saw. bersabda: "Hai Aisyah, sesungguhnya disurga ada istana yang terbuat dari intan, yaqut, zabarjad, emas dan perak."
Aku berkata: "ya Rasulullah, untuk siapakah istana itu ?"
Rasulullah Saw. menjawab: "Untuk orang-orang yang berpuasa pada hari Arafah."
Rasulullah Saw. bersabda lagi: "Hai Aisyah, sesungguhnya hari-hari yang disukai oleh Allah SWT adalah hari Jum'at dan hari Arafah yang didalamnya terdapat rahmat, dan sesungguhnya hari-hari yang paling dibenci oleh iblis adalah hari Jum'at dan hari Arafah. Hai Aisyah, barang siapa yang berpuasa pada hari Arafah, maka Allah SWT bukakan untuknya 30 pintu kebaikan dan ditutup darinya 30 pintu kejelekan. Ketika orang-orang itu berbuka dan meminum air maka setiap otot-otot dari jasadnya memohonkan ampunan baginya dengan berkata: "Ya Allah, rahmatilah dia sampai munculnya fajar."
===============================================================
(Diambil dari buku “Umat Bertanya Ulama Menjawab” tulisan dari KH.Drs.Ahmad Dimyathi Badruzzaman, dosen Fakultas Dakwah STIDA Al-Hamidiyah)
Puasa hari Arafah (tanggal 9 Dzul Hijjah), para ulama memfatwakan bahwa puasa pada hari itu hukumnya sunat, bahkan termasuk sunat muakkadah. Dasar hukumnya sebagaimana hadis Rasulullah Saw:
Dari Abi Qatadah r.a., ia berkata Rasulullah Saw. telah bersabda: “Puasa hari Arafah itu dapat menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang.” (Riwayat Jama’ah kecuali Bukhari dan Tarmidzi)
Kecuali bagi orang yang sedang mengerjakan ibadah haji, maka tidak disunatkan berpuasa, sesuai dengan sabda Nabi Saw. dibawah ini:
“Dari Abi Hurairah r.a., ia berkata, “Rasulullah Saw. telah melarang puasa pada hari Arafah di Padang Arafah.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Nasa-i, dan Ibnu Majah)
Kedua hadis tersebut antara lain terdapat dalam kitab-kitab:
- Fiqhus Sunnah, karya Sayid Sabiq, juz I, halaman 380
- At-Targhib Wat-Tarhib, karya Al-Hafizh Al-Mundziri, juz II, halaman 111-112
Begitu pula para ulama, mereka memfatwakan bahwa puasa sepuluh hari (kecuali hari Id) dari awal bulan Dzulhijjah hukumnya sunat, berdasarkan hadis berikut:
“Dari Siti Hafshah r.a. ia berkata, ada empat macam yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah Saw.: Puasa Asyura (tanggal 10 Muharram), puasa sepuluh hari (di bulan Dzulhijjah), puasa tiga hari pada setiap bulan dan melakukan salat dua rakaat sebelum salat subuh.” (Riwayat Ahmad dan Nasa-i dalam kitab Fiqhus Sunnah, juz I, halaman 380; dan Sunan Nasa-i, juz IV, halaman 220)
Tidak ada satu hadis pun yang jelas dan tegas menyatakan sunat berpuasa pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzul Hijjah). Namun perlu kita ketahui, banyak fuqaha yang memfatwakan bahwa puasa pada hari Tarwiyah itu hukumnya sunat berdasarkan alasan berikut: Atas dasar ihtiyath (berhati-hati) dan cermat dalam mengupayakan mendapat fadilah puasa Arafah yang begitu besar. Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya Fathul Mu’in berkata termasuk sunat muakad.
Wallahu a'lam bisshowab- Hj Zulkifli Ismail
Bismillahirrahmanirrahim,
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: "Rasulullah Saw. bersabda: "Ada tiga orang yang akan disalami oleh para malaikat pada hari mereka dibangkitkan dari kuburnya, mereka adalah orang-orang yang mati syahid, orang yang berpuasa Ramadhan dan orang yang berpuasa pada hari Arafah."

Dari Aisyah ra. ia berkat: "Rasulullah Saw. bersabda: "Hai Aisyah, sesungguhnya disurga ada istana yang terbuat dari intan, yaqut, zabarjad, emas dan perak."
Aku berkata: "ya Rasulullah, untuk siapakah istana itu ?"
Rasulullah Saw. menjawab: "Untuk orang-orang yang berpuasa pada hari Arafah."
Rasulullah Saw. bersabda lagi: "Hai Aisyah, sesungguhnya hari-hari yang disukai oleh Allah SWT adalah hari Jum'at dan hari Arafah yang didalamnya terdapat rahmat, dan sesungguhnya hari-hari yang paling dibenci oleh iblis adalah hari Jum'at dan hari Arafah. Hai Aisyah, barang siapa yang berpuasa pada hari Arafah, maka Allah SWT bukakan untuknya 30 pintu kebaikan dan ditutup darinya 30 pintu kejelekan. Ketika orang-orang itu berbuka dan meminum air maka setiap otot-otot dari jasadnya memohonkan ampunan baginya dengan berkata: "Ya Allah, rahmatilah dia sampai munculnya fajar."
===============================================================
(Diambil dari buku “Umat Bertanya Ulama Menjawab” tulisan dari KH.Drs.Ahmad Dimyathi Badruzzaman, dosen Fakultas Dakwah STIDA Al-Hamidiyah)
Puasa hari Arafah (tanggal 9 Dzul Hijjah), para ulama memfatwakan bahwa puasa pada hari itu hukumnya sunat, bahkan termasuk sunat muakkadah. Dasar hukumnya sebagaimana hadis Rasulullah Saw:
Dari Abi Qatadah r.a., ia berkata Rasulullah Saw. telah bersabda: “Puasa hari Arafah itu dapat menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang.” (Riwayat Jama’ah kecuali Bukhari dan Tarmidzi)
Kecuali bagi orang yang sedang mengerjakan ibadah haji, maka tidak disunatkan berpuasa, sesuai dengan sabda Nabi Saw. dibawah ini:
“Dari Abi Hurairah r.a., ia berkata, “Rasulullah Saw. telah melarang puasa pada hari Arafah di Padang Arafah.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Nasa-i, dan Ibnu Majah)
Kedua hadis tersebut antara lain terdapat dalam kitab-kitab:
- Fiqhus Sunnah, karya Sayid Sabiq, juz I, halaman 380
- At-Targhib Wat-Tarhib, karya Al-Hafizh Al-Mundziri, juz II, halaman 111-112
Begitu pula para ulama, mereka memfatwakan bahwa puasa sepuluh hari (kecuali hari Id) dari awal bulan Dzulhijjah hukumnya sunat, berdasarkan hadis berikut:
“Dari Siti Hafshah r.a. ia berkata, ada empat macam yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah Saw.: Puasa Asyura (tanggal 10 Muharram), puasa sepuluh hari (di bulan Dzulhijjah), puasa tiga hari pada setiap bulan dan melakukan salat dua rakaat sebelum salat subuh.” (Riwayat Ahmad dan Nasa-i dalam kitab Fiqhus Sunnah, juz I, halaman 380; dan Sunan Nasa-i, juz IV, halaman 220)
Tidak ada satu hadis pun yang jelas dan tegas menyatakan sunat berpuasa pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzul Hijjah). Namun perlu kita ketahui, banyak fuqaha yang memfatwakan bahwa puasa pada hari Tarwiyah itu hukumnya sunat berdasarkan alasan berikut: Atas dasar ihtiyath (berhati-hati) dan cermat dalam mengupayakan mendapat fadilah puasa Arafah yang begitu besar. Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya Fathul Mu’in berkata termasuk sunat muakad.
Wallahu a'lam bisshowab- Hj Zulkifli Ismail
doa elak lupa
اللَّهُمَّ زِدْنَا وَلَا تَنْقُصْنَا، وَأَكْرِمْنَا وَلا تُهِنَّا، وَأَعْطِنَا وَلَا تَحْرِمْنَا، وَآثِرْنَا وَلا تُؤْثِرْ عَلَيْنَا، وَأَرْضِنَا
Maksudnya: “Ya Allah, tambahkanlah buat kami jangan Engkau kurangkan, muliakanlah kami jangan dihina, berilah buat kami jangan ditahannya, dan pilihla...h kami jangan Engkau biarkan, dan redhailah kami dan redhailah pula semua usaha kami.” (Riwayat Ahmad no. 224) Doa ini dibaca oleh Nabi s.a.w. sebaik sahaja selesai menerima wahyu. Justeru, digalakkan membaca doa ini sebaik sahaja mendapat ilmu agar terus tersemat dalam minda & dijauhi penyakit lupa.
Langgan:
Catatan (Atom)